Monday, December 17, 2012

Hati isi hati

Mempelajari jari-jari lingkaran mati
Sejauh mana ku dapat berlari

Mengitari lubang luka-luka menganga
Sedalam apa ku dapat merasa

Kemana arahnya?
Dimana jawabnya?
Jalan satu arah seakan langka

Pemimpi, pencari, pencerah, penggugah,
Penjelas, penjaga, pengeja, pelebur,
Pembasmi, penyebar, pelaku....

Menjadi satu.

Tanah merah

Aku tanah...
Kau bakar diam
kau siram meredam

Apapun yang tertanam
Tak kutumbuhkan dendam
Bukan muslihat, hanya agar kau paham
Adaku tak awam

Yang itu

Sudah seperti itu
Dan tahu akan jadi seperti itu
Tapi kau tak tahu
Tidak semua seperti itu
Yang begitu itu karenamu
Tahukah jika ada yang tidak seperti itu?
Atau harus kuberitahu?
Lalu setelah tahu masihkah seperti itu?

Sudah seperti itu
Dan kau tahu seperti itu
Tapi kau memaksakan itu
Tidak semua seperti itu

Yang begitu itu karenamu
Kau tahu ada yang tidak seperti itu
Tapi kau terus seperti itu
Atau semuanya kau anggap seperti itu?
Lalu jika ada yang tidak seperti itu
akankah kau tinggalkan yang seperti itu?

Kelakar

Berselancar di air tawar
Tak pernah lupa untuk menawar
Selama masih bisa dinalar
Kenapa tidak dikejar?

Lari_larilah menuju luar
Jangan hanya berputar dalam lingkar
Yang itu-itu saja tak gahar
Bakar batas
Bakar batas
Buka pintu biar jelas

Disundut

aku seperti terantuk batu
ketika tahu kau tak mau bantu
melulu menularkan kelu

oh...aku dimana?
siapa yang bicara?

aku seperti tertusuk duri
ketika tahu kau hanya membatasi
melulu menyebar alibi

oh...kau siapa?
dimana arahnya?

aku curiga ada tautan dari sekian ujung benang kusut, dimana muara rasa takut berikut sekutunya mengusut, lalu merajut, lalu merunut, membebaskan kalut.

ini sudut
jangan menyulut
aku sudah menyusut