Saturday, March 30, 2013

Uap

surat cinta kita adalah sinikal dan benci, rindu kita ajal dan mimpi, kita adalah cerita bersambung di lain halaman, dengan judul berbeda, yang akan dibakar hidup-hidup tak sempat menguncup, tak sempat terkecup, hanya jadi bunga-bunga mimpi biasa, di jalanan... di pasaran angan... di tempat dimana kau buang keluhan, lain bayangan, lain luka dan adegan....aku jadi yang lain dari yang sama, dan gagap menetap karena kau hisap...

Bianglala sirna

senja dihalau hujan
sebagian lari merindukan
sebagian lagi menantang di jalanan
dan yang lainnya bersembunyi di lubang serapan,
- dilupakan...

SepertiGaMalam

seperti dihuni ribuan kelelawar dan burung hantu, begitu kelam...
seperti dihinggapi kupu-kupu biru pemanis tamanmu...indah
seperti dihadiri seratus ribu orang yang rindu pantai -menginginkan santai
seperti dijatuhi segepok uang palsu, dibodohi masa lalu...
seperti mimpi tadi malam tapi tak ingat lagi...jangan diteruskan...
seperti ada yang pulang melepas bebas semua beban...segera...
seperti sudah tapi belum selesai, pembunuhan berantai
seperti bara menyala menyulut mulutmu, bisu
seperti benar-benar...
seperti mengalahkan raksasa, bangga...
seperti tidak ada dalam cerita (kehilangan alat tulis)
seperti disediakan tenang...senang...terang...lalu merasa menang!

*sudah jam dua dini hari, biarkan aku ditonton televisi.

Unsur api

mengutip yang tersurat, kita ini dari tanah, unsur biasa dari antah-berantah, dari konon, yang kita percaya

mengintip yang tersirat, kita ini dari bawah, unsur biasa dari sumpah serapah, dari konon, yang kita....

kita bukan dari api
maka dari itu berhati
hati-hati menelan semua yang akan mengisi
hati-hati mengungkap benci
hati-hati menangkap arti
hati-hati menyerap isi
hati-hati terbakar api
hati-hati hilang...
makan hatimu sendiri

Bias biasa

tak penting akan jadi apa?
aku hanya berlalu
tak menjauh
tak melepuh
lingkaran kita sama
terbakar

tak penting kau simpan dimana
aku penjaga asa
tak mengeluh
tak terbunuh
derita kita sama
terbayar

benda mati isi hati
dibuai mimpi berhari-hari
masih saja menanti
masih saja mengikuti
sampai benar-benar kau merasa tinggi
saat itulah aku berhenti

setara menyatu lagi


30 Desember 2012

Dunia sudah sampai dimana?

dan tiba-tiba aku terbangun, menemukan setiap orang, semua orang menjadi jenius, menjadi penemu menjadi nomor satu, mengalahkan sang pencipta dan pendahulu

dan tiba-tiba aku tersadar, menyadari setiap orang, semua orang adalah jenius, adalah penerus, adalah angka seratus, mengalahkan sang pencari dan pencemburu

tak ada lagi yang dikejar, tak ada lagi yang dicari, semua sama berhala, menyembah diri sendiri, menyembah apa saja, menemukan tuhan yang lainnya, tanpa disadari...kita sama-sama terasing di bumi menua dan sendiri

Monday, December 17, 2012

Hati isi hati

Mempelajari jari-jari lingkaran mati
Sejauh mana ku dapat berlari

Mengitari lubang luka-luka menganga
Sedalam apa ku dapat merasa

Kemana arahnya?
Dimana jawabnya?
Jalan satu arah seakan langka

Pemimpi, pencari, pencerah, penggugah,
Penjelas, penjaga, pengeja, pelebur,
Pembasmi, penyebar, pelaku....

Menjadi satu.

Tanah merah

Aku tanah...
Kau bakar diam
kau siram meredam

Apapun yang tertanam
Tak kutumbuhkan dendam
Bukan muslihat, hanya agar kau paham
Adaku tak awam

Yang itu

Sudah seperti itu
Dan tahu akan jadi seperti itu
Tapi kau tak tahu
Tidak semua seperti itu
Yang begitu itu karenamu
Tahukah jika ada yang tidak seperti itu?
Atau harus kuberitahu?
Lalu setelah tahu masihkah seperti itu?

Sudah seperti itu
Dan kau tahu seperti itu
Tapi kau memaksakan itu
Tidak semua seperti itu

Yang begitu itu karenamu
Kau tahu ada yang tidak seperti itu
Tapi kau terus seperti itu
Atau semuanya kau anggap seperti itu?
Lalu jika ada yang tidak seperti itu
akankah kau tinggalkan yang seperti itu?

Kelakar

Berselancar di air tawar
Tak pernah lupa untuk menawar
Selama masih bisa dinalar
Kenapa tidak dikejar?

Lari_larilah menuju luar
Jangan hanya berputar dalam lingkar
Yang itu-itu saja tak gahar
Bakar batas
Bakar batas
Buka pintu biar jelas

Disundut

aku seperti terantuk batu
ketika tahu kau tak mau bantu
melulu menularkan kelu

oh...aku dimana?
siapa yang bicara?

aku seperti tertusuk duri
ketika tahu kau hanya membatasi
melulu menyebar alibi

oh...kau siapa?
dimana arahnya?

aku curiga ada tautan dari sekian ujung benang kusut, dimana muara rasa takut berikut sekutunya mengusut, lalu merajut, lalu merunut, membebaskan kalut.

ini sudut
jangan menyulut
aku sudah menyusut

Monday, November 05, 2012

Superambigu

Setelah dengan hormat menolak abu-abu
kini hitam dan putih berkawan baru;
agungnya biru..

Thursday, October 25, 2012

Hilang

Matahari...
Aku tanah dia air
Tapi cairnya tak lagi mengalir
Hanya aku yang akhirnya mengering
Melihatnya menguap...
Lewat tak tersemat Teracuhkan tak diingat

Monday, October 08, 2012

Tentang seorang lelaki yang menjadi dungu di ruang tunggu

Dirajutnya
dua sisi tentang nanti
salah satu harus mati
entah suka entah duka
yang kelak tanam aku
utuh

Friday, May 25, 2012

Menunggu es menjadi batu

kau menyuruhku berdoa sedang kau berbohong kau menyuruhku berdoa sedang kau menipu kau menyuruhku berdoa sedang kau asyik berisik kau menyuruhku berdoa sedang kaku tanganmu tak memberi kau menyuruhku berdoa sedang kau rajin menggurui kau menyuruhku berdoa sedang kau tak bisa lebih baik kau menyuruhku berdoa sedang kau meracau kau menyuruhku berdoa sedang kau juga 'hamba' kau menyuruhku berdoa tapi kau tak tahu dimana? kau menyuruhku berdoa mau apa kau jika aku juga tuhan!

Saturday, April 14, 2012

Sang Penala

dia mengeja setiap kata
tak keliru tak meniru

dia memahat yang terlihat
tanpa mengingat tanpa mengikat

dia mengirim setiap pesan
dengan isi dengan hati

lalu apa yang kau risaukan?
biar kabar baik berbisik:
"aku datang mendamaikan..."